Senin, 21 Februari 2011

Jauhkanlah Dirimu Dari Cinta Buta

Oleh: Mashadi

Betapa banyak orang mengalami penyakit cinta buta. Cinta buta itu tidak dapat membedakan antara kemuliaan dan kehinaan. Banyak mereka yang terkena penyakit cinta buta itu, terjatuh ke dalam kehidupan hina dina, tetapi mereka menyangka sebuah kemuliaan. Tak jarang pula mereka yang sudah terkena penyakit cinta buta itu, kehilangan kesadaran dan kehendak sucinya mengenal hakekat kebenaran sejati, Al-haq.

Mengobati cinta buta seseorang harus mengetahui bahwa yang menimpanya adalah sesuatu yang bertentangan dan menafikan tauhidnya kepada Allah. Manusia yang mengalami cinta buta harus menyadari bahwa ketika melakukan semuanya, karena kelalaian hatinya kepada Allah. Ia harus mengetahui dan menyadari untuk bertauhid kepada-Nya, sunnah-sunnah-Nya, dan bukti-bukti Allah.

Melakukan ibadah-ibadah lahir dan bathin, sehingga hati dan pikirannya senantiasa berpikir kepadanya ibadah kepada-Nya. Hendaklah ia memperbanyak kembali dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketundukkan dan rendah diri. Tidak ada obat yang paling efektif daripada ikhlas hanya kepada Allah. Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an :

Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. (Yusuf : 24)

Penggambaran ayat diatas ini menjelaskan bahwa Allah memalingkan dan menjauhkan Yusuf dari kemungkaran isyq (cinta buta)  dan kekejian dengan keikhlasannya. Tidak ada yang dapat menjauhkan kesesatan seseorang kecuali, hanya ketika ia dekat dengan Allah. Jika hati itu bersih suci dan memurnikan amanah hanya kepada Allah, maka idak mungkin orang akan terkena penyakit cinta buta. Cinta buta tidak akan bersemayam di hati seseorang yang selalu mengingat Allah. Sebab cinta buta hanya berada di dalam hati yang kosong. Seperti dikatakan seorang penyair :

Cintaku pada perempuan itu datang sebelum aku mengenal cinta, Ia datang ke hati yang kosong, kemudian bersaranglah ia”.

Maka, hendaklah orang yang berakal mengetahui bahwa secara logika dan syariat dalam hidup ini, ia harus meraih kebaikan dan kemaslahatan atau melengkapinya dan menghindar dari mafsadah. Jika seseorang dihdapkan pada masalah yang ada kandungan masalahat dan mafsadah,maka ia harus memiliki dua prinsip.
Prinsip amali dan prinsip ilmiah. Secara ilmiah mengharuskannya memiliki pengetahuan tentang mana yang lebih kuat segi maslahat atau mafsadahnya? Jika ia telah menemukan mana yang paling banyak masalahatnya, maka seseorang itu harus mengikuti yang palig banyak masalahatnya. Bukan justru mengikuti yang banyak mafsadahnya, meskipun secara pandangan mata, itu sangat baik bagi seseorang.

Seseorang harus memahami bahwa cinta buta itu, tidak ada sama sekali maslahatnya bagi manusia di dunia dan akhirat. Cinta itu dapat menimbulkan mafsadah bagi manusia dalam kategori yang sangat luas dalam kehidupan ini. Diantaranya :

Pertama, manusia akan disibukkan dengan mengingat-ngingat makhluk dan mencintainya, dan dibandingkan dengan zikir dan cinta kepada Allah. Ketahuilah antara cinta dan zikir itu tidak mungkin menyatu dalam hati seseorang, karena keduanya akan bertarung, dan akan menguasainya adalah yang paling kuat.

Kedua, hatinya tersiksa karena ma’syuqnya, dan barangsiapa yang mencintai selain Allah, ia akan tersiksa dengannya. Seorang penyair mengatakan :

Tak ada yang lebih sengsara di bumi daripada orang yang kasmaran,
Jika ia bertemu dengan orang yang dicintai ia senang,
Kau lihat ia menangis setiap saat,
Karena takut berpisah atau memendam rindu,
Ia juga menangis ketika berada disampingnya karena takut berpisah,
Air mata berlinang ketika berpisah,
Dan air matanya berlinang lagi ketika bertemu". 

Cinta buta, meski terkadang dinikmati oleh pelakunya, namun sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.

Ketiga, Hatinya tertawan dan terhina dalam genggaman orang yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, ia tidak merasakan musibah yang menimpanya.

Mata melihatnya ia hidup bebas, padahal hakikatnya ia tertawan,
Ia sakait dan berputar dalam lingkaran kutub,
Ia mati meski terlihat fisiknya hidup,
Ia tak punya hak untuk dibangkitkan lagi,
Hatinya hilang tersebut dalam kebodohan,
Ia tak akan kembali sampai mati".

Keempat, ia akan disibukkan oleh ma’syuqnya dari urusan maslahat agama dan dunianya. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia, melebihi orang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan maslahat agamanya, karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah. Kemaslahatan dalam segi agama terwujud dengan bercahanya hati, dan kecenderungan untuk melakukan ibadah kepada Allah. Sementara itu, cinta kepada keindahan fisik akan menghancurkan semua agama yang dibangunnya.

Kelima, bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menim;pa kepada orang yang dirundung cinta buta, melebihi kecepatan api membakar kayu kabar kering. Ketika hati berdekatan dengan ma’syuqnya ia akan menjauh dari Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua jenis marabahaya akan mengancamnya dari segala sisi, karena setan menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka musuh menjadi senang.

Keenam, jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan merusak akalnya dan memberikan rasa was-was. Bahkan, mungkin tak ada bedanya ia dengan orang gila. Mereka tidak menggunakan akalnya secara layak. Padahal, yang paling berharga bagi manusia adalah akalnya. Akal yang membedakan ia dengan binatang.

Apa yang membuat gila Layla Majnun, tidak lain karena cinta buta. Seperti kata penyair:

Mereka bilang, “Kamu gila (tergila) dengan orang yang kaucintai?,
Engkau menjawab, “Cinta buta lebih dahsyat daripada orang gila”,
Orang yang terserang cinta buta tidak tersadar sepanjang masa,
Sementara orang gila akan siuman dari kegilaannya”.

Ketujuh, cinta buta akan merusak indra atau mengurangi kepekaannya, baik indra secara ‘konkrit’ maupun indra maknawi ‘abstrak’. Kerusakan indra maknawi mengikuti rusaknya hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ pengindra lain, seperti mata, lisan, telinga, juga turut rusak. Artinya, ia akan melihat yang buruk pada diri ma’syuq adalah baik juga dan juga sebaliknya.

Imam Ahmad mengatakan, “Cintamu kepada sesuatu membutakanmu dan membuatmu tuli”. Mata hati akan buta melhat keburukan dan kekurangan orang atau sesuatu yang dicintainya, sehingga mata fisiknya tidak mampu melihat hal itu. Telinganya akan tuli mendengarkan celaan orang kepada orang yang dicintainya. Kesenangan-kesenangan itu menutup kekurangan dan aib.

Kecintaanku kepadamu menutup mataku,
Namun, ketika terlepas cintaku semua aibmu menampakkan diri”.

Maka ketika seseorang mencintai fisik, selanjutnya akan ditandai dengan sakitnya badan, karena mencintai bentuk-bentuk keindahan fisik, bahkan mungkin sampai ada yang mati karenanya. Dan, kisah dari Ibn Abbas, menceritakan ada seorang laki-laki yang sangat kurus, sehingga yang tersisa hanya kulit dan tulang. Ibn Abbas, berkata, “Kenapa dia?”. “Ia terkena jatuh cinta, isyq”. Maka Ibn Abbas berdoa dan belrindung dari Allah sepanjang hari.

Kedelapan, seperti yang disebutkan diatas, bahwa isyq adalah berlebihan dalam mencintai, sehingga orang yang dicintainya sudah pada tingkat menguasai dan mengendalikannya.

“Awalnya ia hanya membutuhkan cinta,
Kemudian setelah ia dapatkan itu, ia berjalan sesuai dengan takdir,
Sehingga, ketika ia masuk dalam dunia cinta yang dalam dan gelap,
Ia menghadapi urusan-urusan yang tak sanggup dipikul,
Meski oleh orang-orang besar sekalipun”.

Wallahu’alam.

Minggu, 13 Februari 2011

Pelajaran dari Kematian Adjie Massaid

Kenapa harus mengambil pelajaran dari kematian Adjie Massaid? Bukankah berita kematian tiap hari berlalu lalang di sekitar kita? Benar. Berita kematian setiap hari kita dengar dan lihat baik di koran maupun televisi. Akan tetapi biasanya kita terlalu menganggap biasa berita semacam itu, apalagi kalau yang meninggal bukanlah orang terkenal, atau kematian itu terjadi pada orang yang sudah tua, yang telah lama sakit atau karena kecelakaan lalu lintas.  Padahal siapapun dia dan apapun penyebabnya, subtansinya sama: k e m a t i a n.

Ya, dan ini yang sekarang terjadi, hari-hari terakhir media massa, baik cetak maupun elektronik diramaikan dengan berita kematian politikus sekaligus artis/selebritis papan atas bernama Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid atau yang lebih dikenal dengan nama Adjie Massaid. Adjie Massaid meninggal pada hari Sabtu dini hari tanggal 5 Pebruari 2011 pada usia yang relatif muda 43 tahun. Ada hal yang menarik dari berita kematian seorang Adjie Massaid yang membuat semua perhatian masyarakat dan media tertuju, diantaranya:
  1. Adjie Massaid disamping sebagai anggota legislatif dari partai terbesar negeri ini, juga sebelumnya telah lama dikenal sebagai artis/selebritis papan atas. Beliau pernah menikah dengan penyanyi terkenal Reza Artamevia yang kemudian bercerai setelah dikaruniai 2 anak, setelah itu menikah dengan Angelina Sondakh, mantan Putri Indonesia yang kemudian terjun di dunia politik menjadi anggota legislatif dari partai yang sama dengan suaminya.
  2. Sebagai artis disamping kemampuan aktingnya yang bagus, Adjie juga dikaruniai wajah yang tampan, penampilan yang cool berwibawa, badan yang sehat, bugar dan atletis, sehingga mempunyai banyak penggemar di negeri ini.
  3. Akhir-akhir ini karir politiknya tengah bersinar, dengan aktivitasnya sebagai manajer Timnas Sepakbola Usia 23 tahun, bahkan disebut-sebut berpeluang memimpin PSSI ke depan, organisasi sepakbola yang akhir-akhir ini mendapat sorotan yang luas di tanah air akibat kepemimpinan Nurdin Khalid yang kontroversial.  Satu lagi cita-citanya yang ingin diwujudkannya menjadi gubernur/wakil gubernur Jawa Timur menyusul jejak rekan2 artis yang lain yang sukses merebut tongkat kepala daerah di beberapa propinsi/kabupaten.
  4. Adjie Massaid meninggal di usia yang relatif masih muda, 43 tahun, tidak lama setelah bermain sepakbola, menyusul beberapa artis sebelumnya yang diduga meninggal karena serangan jantung setelah bermain sepakbola atau futsal yaitu Benyamin Sueb (1995) dan pelawak Basuki (2007).
Akumulasi dari latar belakang kehidupan Adji Massaid dalam dunia selebritis, aktivitas politik maupun dugaan penyebab kematian di usianya muda, menyebabkan berita kematiannya cukup mengagetkan khalayak dan menyedot perhatian publik tanah air.  Bahkan banyak yang menyangsikan bahwa kematiannya karena serangan jantung, sebab gaya hidupnya yang sehat terutama dalam mengkonsumsi makanan, kegemarannya berolahraga, badannya yang bugar dan atletis, kecil kemungkinan dia mengidap penyakit jantung. 

Apapun itu daripada kita pusing memikirkan penyebab kematiannya akan lebih bermanfaat bagi kita untuk mengambil ibroh atau pelajaran dari kematian itu sendiri, yang kali ini terjadi pada Adjie Massaid:


Kematian adalah suatu kepastian.
Ya! Kematian adalah suatu kepastian, masing-masing kita sudah ditentukan waktunya. Kematian tidak memlilh orang biasa atau artis terkenal, orang dewasa, muda atau anak-anak. Kematian juga tidak mesti didahului oleh penyakit tertentu yang telah diketahui.  Allah SWT berfirman: 

“Setiap yang bernyawa itu pasti akan mengalami kematian.”(QS. Ali ‘Imran: 185)


"...kalau telah datang saatnya,tidak bisa diundurkan barang sesaatpun dan tidak pula dapat dimajukan" (Al A’raf:34).
"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (Fathir: 11)

Pada suatu hari Imam Ghazali bertanya kepada murid-muridnya, ” Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati"

Menjaga kesehatan tidak menghalangi seseorang dari kematian.
Banyak orang yang tidak menyangka Adjie Massaid akan menemui kematian secepat itu, karena dari segi penampilan fisik dia cukup atletis, sehat dan bugar, rajin berolahraga dan menjaga pola makan yang sehat. Bahkan selama ini tidak ada riwayat penyakit jantung padanya. Tapi ternyata itu semua tidak dapat menolak kematian.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan menemuimu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa’: 78)
Memang menjaga kesehatan dan berolahraga sangat dianjurkan agama. Bahkan Rasulullah adalah orang yang gemar berolahraga dan menyukai fisik yang kuat dan sehat. Dalam satu riwayat Rasul  bersabda: "Ajarilah anakmu (olah raga) berenang dan memanah" (HR.Dailami). Dalam hadist yang lain juga juga mengisyaratkan adanya hubungan antara puasa dan kesehatan: ”Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat”. 
Tapi sekali lagi gaya hidup sehat dan berolahraga tidak menghalangi seseorang dari kematian. Sehingga dalam kita menjaga kesehatan dan berolah raga harus kita niatkan agar tubuh kita sehat dan terhindar dari penyakit, sehingga kita lebih kuat dan optimal dalam menunaikan kewajiban kita sebagai hamba, yakni beribadah kepada Allah SWT, baik ibadah secara mahdhoh seperti sholat, zakat, puasa, haji dan ibadah yang ghoiru mahdhoh seperti bekerja mencari ma'isyah, berdakwah atau berbuat kebaikan kepada sesama.

Menyambut kematian = mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
Oleh karena kematian itu sudah pasti, dan kehidupan yang lebih panjang dan kekal itu setelah kita mati, maka sudah selayaknya jatah waktu kehidupan ini kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk menyambut kedatangan tamu istimewa ini yaitu dengan memperbanyak amal menyiapkan perbekalan di alam akhirat nanti.  Betapa banyak waktu kita di dunia ini kita habiskan untuk sesuatu yang sia-sia, berhura-hura yang sama sekali tidak ada nilai dan kemanfaatan untuk bekal akhirat nanti. Sehingga orang yang cerdas menurut Rasul bukanlah orang yang ber-IQ tinggi.

“Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR Tirmidzi)
 
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al-Mulk: 2)

 “Katakanlah: ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka kematian itu akan menemuimu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (Al-Jumu’ah: 8)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda : “ Apabila manusia mati maka putuslah semua amalannya melainkan tiga perkara; shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang shaleh yang mendoakannya.(Hadits Riwayat Muslim).


Diriwayatkan dari Ali k.w. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling saya takutkan terhadap kalian adalah menuruti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun menuruti hawa nafsu dapat menghalangi dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan artinya sama dengan mencintai dunia.” (HR Ibnu Abi-d Dunya)
 
Senantiasa berdoa agar diberikan khusnul khotimah.
Selain berusaha beramal mempersiapkan bekal kematian, kita juga dianjurkan untuk selalu berdoa, memohon kepada Allah agar apabila saat kematian itu datang menjemput kita diberikan kematian yang baik atau khusnul khotimah.

"..Ya Allah berikanlah aku taubat sebelum mati, rahmatilah aku ketika mati, berikan aku keampunan setelah mati....."
"...Ya Allah jadikan setiap detik nafas yang Kau berikan sebagai tambahan kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematian itu sebagai istirahatku (pemutusku) dari segala dosa..."
"...Ya Allah karuniakanlah kepadaku akhir yang baik (khusnul khotimah)...."

A m i n... 

Selasa, 01 Februari 2011

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan

Aku pernah membaca kisah ini dalam satu majalah sebuah maskapai penerbangan dalam penerbangan Jakarta-Medan sekitar tiga tahun yang lalu. Secara tidak sengaja aku menemukan lagi kisah ini di internet. Kisah tentang seorang guru bernama Frank Slazak yang sempat kecewa dan marah kepada Tuhan karena gagal menjadi astronot pesawat ulang-alik Challanger, tetapi akhirnya mendapat jawaban Tuhan atas kegagalannya itu dengan meledaknya Challanger. Kisah ini sangat berkesan bagiku sehingga aku merasa sangat perlu untuk mengabadikannya di blog ini. Semoga bermanfaat bagiku dan bagi yang sempat singgah di blog sederhana ini, berikut kisahnya:
Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot.
Namun, sesuatu pun terjadilah. Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.
Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center
Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan , percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?
Aku sangat yakin bahwa akulah yang akan terpilih. “ Tuhan, biarlah diriku yang terpilih karena itu adalah anugerah yang terbesar dalam hiduku!” , begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe.
Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam ?
Aku berpaling pada ayahku. Dan katanya: “Semua terjadi karena suatu alasan.”
Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? 73 detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak... dan menewaskan semua penumpang.
Saat itulah aku menangis, dan perasaan kesal dan marah kepada Tuhan hilang…yang ada adalah perasaan yang sangat bahagia dan tersanjung…bahwa Tuhan benar-benar sayang kepada diriku.
Aku teringat kata-kata ayahku: “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang….Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.