Selasa, 12 April 2011

Jumlah Orang Kaya Melonjak, RI Makin Makmur?

Riset Standard Chartered Bank menyebutkan, jumlah orang mapan atau berpenghasilan Rp240-500 juta per tahun di Asia (kecuali Jepang) dengan urutan sebagai berikut:

1. China : 23,3 juta jiwa
2. India : 5,2 juta jiwa
3. Indonesia : 4,0 juta jiwa
4. Korea : 3,2 juta jiwa
5. Taiwan : 1,8 juta jiwa
6. Malaysia : 1,6 juta jiwa
7. Hong Kong : 1,2 juta jiwa
8. Singapura : 700 ribu jiwa

Menurut Credit Suisse Research Institute dalam laporan "Credit Suisse Global Wealth Report 2010', di Indonesia jumlah pemilik kekayaan bersih di atas Rp 9 miliar diperkirakan mencapai 60 ribu orang dewasa. Sebagian besar (80 persen) kekayaan orang Indonesia tersebut diinvestasikan dalam instrumen non finansial, seperti properti baik bangunan dan tanah

Sedangkan, menurut Merrill Lynch dan Capgemini jumlah miliarder Indonesia sebanyak 24 ribu orang yang memiliki kekayaan bersih di atas Rp 9 miliar dengan total harta US$80 miliar.

Banyaknya orang mapan di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pendapatan penduduk. Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia US$3000 atau Rp 27 juta per tahun.

Kamis, 07 April 2011

Average High: Bangunnya Orang-orang yang Berselimut

Bila melawan rasa kantuk saja kita tidak bisa, apakah kita akan bisa melawan musuh yang jauh lebih besar dari itu? Bila meninggalkan kenikmatan kehangatan selimut di malam hari saja kita tidak rela, apakah kita akan rela berkorban untuk tantangan yang lebih besar?
Oleh: Muhaimin Iqbal

 
Di dalam Al-Qur’an ada dua nama  surat yang artinya kurang lebih sama, yaitu ‘orang yang berselimut’. Pertama surat  Al- Muzzammil dan yang kedua surat Al-Muddatstsir. Yang pertama menyuruh yang diseru bangun dari selimut untuk menegakkan sholat malam, dan yang kedua menyuruh bangun dari selimut untuk kemudian memberi peringatan.


Saya terinspirasi oleh dua surat ini  karena merasa begitu beratnya untuk bangun di malam yang dingin, bangun dari hangatnya selimut dan nikmatnya tidur lelap. Tetapi rupanya justru di sinilah letak pembelajarannya bagi orang-orang yang ingin membuat perubahan besar dalam hidupnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakatnya.
Ketika menjelaskan tafsir surat Al Muzammil, Ibnu Katsir menyampaikan bahwa surat Al Muzzammil yang terdiri dari 20 Ayat itu, turun dahulu 19 ayat, sedangkan ayat terakhir –-ayat ke-20 ditahan Allah di langit selama 12 bulan. Ayat yang terakhir inilah yang mengubah sholat malam yang semula wajib (berdasarkan 19 ayat yang pertama) menjadi sunnah. Artinya generasi awal para sahabat mendapatkan penggembelengan khusus berupa sholat malam yang panjang, separuh kurang sedikit atau bahkan lebih dari separuh malam –-selama 12 bulan penuh!


Tidak heran maka generasi para sahabat yang merupakan generasi terbaik dari umat ini, dapat mencapai apa yang oleh istilah management modern disebut average high, orang rata-rata, tetapi rata-rata yang sangat tinggi. Secara rata-rata sangat tinggi kualitas mereka –bukan hanya satu atau dua saja yang tinggi kualitasnya– tetapi menyeluruh. Ya antara lain karena digembleng melalui sholat malam, sholat malam yang panjang dan kontinyu tersebut di atas.
Meskipun tidak lagi diwajibkan, sholat malam yang panjang dan kontinyu ini antara lain tetap menjadi ciri khas umat generasi sesudahnya yang juga masih sangat unggul. Hal ini terus berlanjut hingga ke zaman modern ini, tokoh-tokoh pejuang Islam abad ini pun meskipun tidak lagi menjadi kewajiban, mereka tetap mewajibkan dirinya sendiri untuk secara istiqomah menjalankan sholat sunnah di waktu malam ini.


Dengan contoh dari ayat-ayat tersebut di atas dan juga apa yang dilakukan oleh umat ini terdahulu, maka sesungguhnya di zaman ini pun kita seharusnya masih juga dapat membangun generasi orang-orang yang rata-ratanya unggul – average high -  yang kapasitasnya sepuluh kali (QS 8 : 65) atau setidaknya dua kali (QS 8 : 66) dari kapasitas rata-rata musuh (dalam bidang apapun). Awalnya ya dimulai dengan belajar istiqomah sholat malam yang panjang untuk waktu minimal satu tahun – dan tentu  kemudian tidak meninggalkannya setelah itu.
Mengapa sholat malam ini begitu berperan dalam membangun pribadi-pribadi unggul tersebut? Bayangkan pembelajaran dan pelatihan yang dihasilkannya, selain dikabulkannya do’a mereka di akhir malam. Bila melawan rasa kantuk saja kita tidak bisa, apakah kita akan bisa melawan musuh yang jauh lebih besar dari itu? Bila meninggalkan kenikmatan kehangatan selimut di malam hari saja kita tidak rela, apakah kita akan rela berkorban untuk tantangan yang lebih besar?
Musuh itu datang dalam berbagai bentuknya di sekitar kita. Ada riba yang bila kita tidak tinggalkan, kita akan menjadi musuh Allah dan RasulNya  (QS 2 : 279), Ada ketidakadilan ekonomi yang memiskinkan sebagian besar umat ini, ada raksasa-raksasa konglomerasi yang siap mengambil satu-satunya kambing kita melalui keunggulan ‘perdebatannya’, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Tidakkah kita tergerak untuk bangun dari selimut kita untuk bisa melawannya?


Apa yang telah kita capai dalam bentuk kemewahan hidup, pekerjaan yang baik, gaji dan  fasilitas yang baik –-kadang melengahkan kita untuk berbuat sesuatu yang riil bagi umat yang luas. Kemewahan yang kita nikmati di tempat kerja kadang juga membuat  kita ignorance –masa bodoh bahwa lingkungan kerja kita sehari-harinya bersentuhan dengan riba,  riswah, dan sejenisnya. Bahwa pekerjaan kita membuat kita bekerja untuk pemilik 99 ekor kambing yang dari waktu ke waktu mengembangkan teknik ‘berdebat’ sehingga bisa mengambil satu-satunya kambing yang dimiliki oleh kebanyakan umat.


Tidakkah kita takut bila Allah bertindak sesuai janjinya: “Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.” (Al Muzzammil – 11).


Ayo sekarang kita bangun generasi average high di segala bidang, kita taklukkan musuh juga di segala bidang. Generasi yang setiap diri kita mampu menaklukkan sepuluh atau setidaknya  dua kali kekuatan musuh. Ayo bangun dari selimut kita...!


sumber: http://hidayatullah.com/read/16077/27/03/2011/average-high:-bangunnya-orang-orang-yang-berselimut.html 

Senin, 04 April 2011

Wahai Anakku.....Jadilah Seperti Pensil!


...dalam proses menulis, kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil. rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali...


Seorang cucu bertanya kepada Neneknya yang sedang menulis surat, “Nenek lagi menulis surat tentang pengalama kita? atau pengalaman aku?”.

Si Nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sekarang nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang Nenek pakai”.

“Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si Nenek lagi. Mendengar jawab ini si Cucu lalu melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si Nenek ketika dia melihat tidak ada istimewanya dari pensil yang Nenek pakai.

“Tapi Nek, kayaknya pensil itu sama saja dengan pensil lainnya”, kata si Cucu. Si Nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung dari kamu melihat pensil ini”.

"Pensil ini punya 5 kualilias yang bisa membantumu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si Nenek menjelaskan 5 kualitas sebuah pensil.

Apa gerangan 5 kualitas yang terdapat dalam sebuah pensil?

Kualitas yang Pertama, Pensil ingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal hebat dalam hidup ini, layaknya sebuah pensil kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini.

Kita menyebutnya Allah SWT. Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya.

Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali.

Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik.

Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah.

Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar.

Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil.

Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu.

Kualitas kelima, sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan, seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan.***


sumber: pkspiyungan.blogspot.com